Ads Top

Usaha Pemerintah Untuk 'Menutupi' Fakta Kemiskinan Di Negeri Ini




Selamat! Jakarta nomor Satu di dunia terkait pertumbuhan hunian mewah. Artinya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin menjadi makin lebar... yang kaya makin kaya, yang miskin ya sudah tetap miskin. Pemerintah boleh-boleh saja klaim jumlah orang miskin telah berkurang tetapi kualitas kemiskinan justru semakin kronis. Masih ingat bocah Tasripin kan? yang sempat kesana pasti juga menyaksikan potret kemiskinan lainnya. Fakta lainnya adalah semakin rendahnya daya beli masyarakat miskin karena keterbatasan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kenaikan harga yang bergerak liar menambah parah keadaan masyarakat miskin.. beras, kedelai, gula, garam, bawang dan daging.

Kita tahu bahwa masyarakat kita ini lebih banyak yang berada di pedesaan.. karena itu masyarakat miskin juga lebih banyak berada di pedesaan. Dan yang lebih banyak mendorong semakin kronisnya kemiskinan adalah komoditas pangan. Ditengah rendahnya pendapatan masyarakat pedesaan. Buruh tani tidak akan mampu lagi menjangkau harga komoditas makanan yang semakin tinggi harganya. Anehnya adalah program-program yang dilaksanakan pemerintah kurang berpihak pada pembangunan desa dan sektor pertanian. Impor komoditas pangan menjadi andalan.. tidak ada effort yang diperlihatkan demi terwujudnya swasembada pangan.

Akhirnya harga pun dengan mudahnya dapat dipermainkan.. sehingga masyarakat miskin hanya bisa menyaksikan tanpa bisa lagi merasakan. Menyaksikan orang kaya makan buah impor... sedangkan orang miskin tetap bergelut dengan lumpur dan debu kotor. Inilah faktanya bahwa lebih dari 70% rumah tangga miskin berada di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian! Jadi mau apa lagi pemerintah dengan sektor pertanian.. apa masih mau meneruskan pesta pora permainan harga komoditas pertanian?

Seharusnya pemerintah sadar bahwa terlalu banyak orang miskin yang menunggu uluran tangan, mereka menunggu bantuan. Bukan bantuan materi yang memanjakan tetapi bantuan agar mereka mampu lepas dari jurang kemiskinan. Pemerintah seharusnya melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok/dasar mereka. Kemudian memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk berusaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru!

Generasi muda yang berasal dari keluarga miskin susah sekali melepaskan diri dari jeratan kemiskinan, bahkan mereka menjadi sapi perah. Rezim upah murah adalah buktinya.. hasil pertanian dari petani lokal yang dihargai sangat murah juga buktinya. Akhirnya anak-anak Petani sangat jarang yang melanjutkan karir orang tuanya sebagai petani.. mereka eksodus ke kota. Dan akhirnya terjebak menjadi sapi perah para pengusaha ditengah kebijakan ketenagakerjaan yang tidak memihak mereka

Mereka rela mempertaruhkan tenaga fisiknya untuk memproduksi keuntungan bagi mereka yang memiliki uang. Mereka rela bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit. Bahkan yang lebih parah dan membuat kita mengurut dada, kemiskinan telah membuat masyarakat kita terjebak dalam budaya malas! Terjebak dalam budaya mengemis, dan menggantungkan harapan hidupnya dari budi baik pemerintah melalui pemberian bantuan yang memanjakan. Sepertinya pemerintah membiarkan mereka mengemis dibanding memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Jika anda menyaksikan nasib petani kita.. disana juga anda masih melihat pola-pola kolonial dipertahankan. Petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor. Kalau melihat angka yang dirilis oleh Pemerintah (BPS) terkait data kemiskinan memang tampak mengesankan, tetapi sebenarnya menggemaskan. Menggemaskan karena statistik kemiskinan yang begitu mengesankan itu tidak sejalan dengan fakta sehari-hari yang kita temukan. Orang-orang yang termarginalkan dalam kehidupan sosialnya, berpendidikan rendah dan tak memiliki keahlian rentan terjerat kemiskinan. Begitu juga dengan orang-orang yang tak memiliki akses terhadap faktor produksi, dan petani gurem atau buruh tani di perdesaan rentan miskin.



Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi yang dibanggakan oleh Pemerintah? Sama saja dengan angka-angka statistik, angka pertumbuhan ekonomi tidaklah menggambarkan keadaan riil masyarakat secara keseluruhan. Lambatnya penurunan jumlah penduduk miskin juga merupakan bukti bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama ini belum berkualitas. Menurut data yang dirilis Pemerintah, sektor pertanian dalam arti luas memang telah tumbuh sekitar 3% year on year. Namun, pada saat yang sama, upah riil (daya beli) buruh tani secara umum terus merosot meskipun nilai nominalnya terus naik.

Penguasaan faktor produksi hanya oleh segelintir orang adalah budaya kolonial.. yang tetap bertahan walaupun negara kita telah merdeka. Petani gurem dan buruh tani tetap saja bertarung dengan keterbatasan mereka.

Permainan data kemiskinan sudah sangat keterlaluan... sampai kapan Pemerintah hendak menutup-nutupi ketidak mampuannya? Akhirnya, kepada Pemerintah, jujurlah soal kemiskinan.. karena jutaan rakyat miskin menanti aksi nyata dari aparatmu. Setahun penuh repot karena upah yang murah ditengah himpitan dan tekanan kebutuhan keluarga yang mahal tidak dapat saya bayangkan.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.